Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

halaman

Senin, 11 Februari 2013

PARA PAHLAWAN WANITA YANG MENGINSPIRASI WANITA INDONESIA

Pada saat semua masyarakat Indonesia dapat merasakan segala nikmat kemerdekaan dan kebebasan berdemokrasi dan yang tak kalah penting saat ini para wanita juga telah mendapatkan tempat yang sejajar dengan pria di bidang pendidikan, dan bidang lainnya. Meskipun di beberapa kasus masih terdapat tindakan kekerasan dan diskriminasi terhadap wanita.
Semua kemewahan berupa kemerdekaan Indonesia, dan kesetaraan gender tentunya merupakan jerih payah para pendahulu kita yang telah memperjuangkan kemerdekaan dan kesetaraan gender bagi rakyat Indonesia. Di jaman yang semakin dimudahkan dengan segala macam fasilitas dan teknologi dan gencarnya budaya asing yang masuk ke Indonesia, membuat kita sering lupa untuk  bahkan sekedar mengenal pribadi dari Para Pahlawan wanita yang telah berjuang bagi Bangsa Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa Pahlawan Wanita yang saya anggap keren, karena mereka memperjuangkan segala sesuatu bagi rakyat Indonesia, dan mengesampingkan keinginan pribadi mereka. Tentunya tidak mudah disela-sela keterbatasannya pada zaman itu yang membatasi ruang gerak wanita, dan hanya menjadikan wanita semacam komoditi ataupun semacam pembantu rumah tangga yang hanya tinggal dirumah untuk melakukan pekerjaan rumah tangga saja. Para Wanita hebat ini ada yang berjuang dengan mengangkat senjata sama seperti pria pada zaman itu, ada juga yang berjuang di bidang pendidikan untuk kesetaraan gender wanita. Wanita-wanita itu antara lain :
1.       Raden Ajeng Kartini.
Kartini merupakan salah satu pejuang wanita yang bergerak di bidang pendidikan. Beliau lahir dari keluarga bangsawan. Sebagai anak wanita dari keluarga bangsawan pada zaman itu beliau cukup beruntung dapat mencicipi sekolah dasar milik belanda di Europese Lagere School sampai usia 12 tahun. Sehingga pada zaman itu beliau termasuk orang yang pandai dan fasih dalam berbahasa Belanda yang pada saat itu jarang bagi seorang wanita. Pada saat itu beliau dipingit dan tidak boleh bersekolah. Oleh karena itu beliau bertekad untuk tetap belajar dari berbagai buku, majalah dan surat kabar. Dari sana beliau terbuka matanya tentang pemikiran wanita belanda terhadap pendidikan dan kebebasan .  Dari sana  Kartini bermimpi ingin mewujudkan kesetaraan antara pria dan wanita. Beliau mulai mendirikan taman pendidikan bagi wanita dengan mengumpulkan teman-temannya untuk diajari baca dan tulis. Disela-sela kegiatan mengajarnya beliau aktif berkorespondensi dengan teman-temannya di Belanda tentang keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Beliau sempat menulis surat untuk memohon beasiswa kepada Mr.J.H  Abendanon, namun tidak dapat beliau rasakan beasiswa tersebu, karena beliau telah menikah, namun suaminya mendukung keinginan Beliau untuk mendirikan Sekolah Wanita sehingga dapat berdiri Sekolah Wanita yang bernama Sekolah Kartini di beberapa daerah seperti Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Di usia yang masih 25 tahun beliau meninggal dunia. Kemudian surat-suratnya yang pernah ditulisnya untuk teman-temannya di belanda di kumpulkan oleh Mr.J.H  Abendanon dan dijadikan buku yang judulnya “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

2.       Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien adalah salah seorang wanita cantik yang berasal dari kaum bangsawan. Beliau  adalah salah satu wanita yang ikut angkat senjata dalam melawan penjajahan Belanda. Bagi saya tidak mudah bagi seorang wanita yang ikut berperang  karena tentunya secara fisik tentu kekuatannya masih lebih kuat kaum pria. Beliau dengan gagah berani memimpin perang di Aceh melawan Belanda. Sebagai seorang manusia dan wanita beliau bisa saja memilih untuk hanya menjadi penonton dan tidak perlu repot-repot  mengikuti perang yang melelahkan dan tentunya membahayakan. Namun beliau memilih untuk ikut bertempur untuk menghancurkan Belanda sampai titik darah penghabisan.
3.       Martha Christina Tiahahu.
Martha Christina Tiahahu juga merupakan salah satu wanita dari Ambon yang ikut angkat senjata atau berperang melawan penjajah. Beliau salah satu wanita yang menggunakan tombak untuk berperang melawan Belanda. Beliau berperang sejak usia 17 tahun dan juga memberikan semangat kepada para wanita di sejumlah desa untuk ikut bergabung mengangkat senjata melawan imperialisme penjajah. Sifat beraninya muncul karena sejak kecil dibesarkan oleh Ayahnya yang juga seorang pemimpin Perang, ibunya meninggal ketika beliau masih kecil. Sejak kecil beliau terbiasa ikut rapat mengatur siasat perang bersama ayahnya dan telah terbiasa mengatur pertempuran dan pertahanan terhadap lawan. Kemampuannya berperang, sikapnya yang keras dan pemberani membuatnya sejajar dengan lelaki yang berperang pada waktu itu. Perjuangannya waktu itu mampu membumi hanguskan Benteng Duurstede, bersama ayahnya Paulus Tiahahu, Pattimura, Thomas Matulessy. Namun pada pertempuran lain di desa Ouw-Ullath pasukannya kalah karena kurangnya persenjataan dan adanya penghianatan dari pasukannya. Sehingga banyak pejuang yang ditawan, dan dihukum, termasuk ayahnya yang ditembak mati di Benteng Beverwijk, namun beliau dibebaskan karena masih muda. Setelah dilepas, beliau bergerilya di hutan kembali, sampai pada suatu saat kembali menjadi tawanan Belanda di Kapal Eversten untuk diperkerjakan paksa di perkebunan Kopi di Jawa, beliau melakukan aksi mogok makan, dan sakit. Akhirnya beliau meninggal kemudian Jasadnya dikebumikan di Laut Banda dengan penghormatan militer.
4.       Dewi Sartika
Dewi Sartika merupakan kartini dari Bandung yang juga ikut berjuang di jalan pendidikan. Pada saat itu wanita dilarang untuk bersekolah, tapi beruntungnya orang tua beliau bersikeras untuk menyekolahkan Dewi Sartika di Sekolah Belanda meskipun hanya sampai kelas 3 SD. Semangatnya untuk mendidik sudah terlihat saat beliau masih kecil. Beliau mengajari anak rakyat jelata, sampai akhirnya membuat heran masyarakat sekitar karena ada rakyat jelata yang bisa mengucapkan beberapa kata Belanda. Beliau banyak mengajarkan keterampilan rumah tangga,seperti menjahit, memasak, baca dan tulis. Pada usianya yang ke 20 tahun beliau mendirikan sekolah wanita pertama se-Hindia Belanda dengan biaya operasionalnya berasal dari usahanya bekerja membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan sekolah. Kemudian dari sekolah itu lahir lulusan angkatan pertama sebanyak 20 orang yang menandakan kesuksesannya dalam mendidik kaum wanita. Sekolah yang dirintisnya pun meluas sampai akhirnya seluruh wilayah pasundan memiliki sekolah wanita. Atas jasanya beliau dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia Belanda.
5.       Maria Walanda Maramis
Maria W Maramis merupakan Kartini dari Minahasa yang mengupayakan pendidikan bagi kaum wanita di daerahnya. Beliau memiliki pemikiran bahwa wanita merupakan tokoh utama dalam mendidik anak-anak mereka di dalam keluarga untuk mencapai masa depan yang lebih baik sehingga harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan dan ilmu pengetahuan yang memadai sehingga dapat mendidik anaknya dan menjadi ibu yang terampil. Pemikirannya tentang kesetaraan gender banyak dituangkan di Harian Tjahaya Siang. Beliau dan teman-temannya dibantu suaminya mendirikan organisasi yang bertujuan untuk memberikan pendidikan kepada kaum wanita yang bernama PIKAT (Percintaan Ibu Terhadap Anak Turunannya). Beliau juga mengusahakan agar wanita sejajar di dunia politik. Pada saat itu wanita tidak diperbolehkan untuk memiliki hak suara,namun dengan segala usahanya akhirnya wanita dapat memiliki hak suara dalam pemilihan anggota sebuah Badan Perwakilan yang disebut Minahasa Raad.

Tidak ada komentar:

 

Sample text

Sample Text